TinjauanPengaturan Hukum Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dalam Berbagai Putusan Mahkamah Konstitusi. November 2021; Jurnal Konstitusi 18(2):391; DOI:10.31078/jk1826. Authors:
1. Dilihat dari sisi astronomi, Indonesia terletak pada daerah tropis yang memiliki curah hujan yang tinggi sehingga banyak jenis tumbuhan yang dapat hidup dan tumbuh dengan Dilihat dari sisi geologi, Indonesia terletak pada titik pergerakan lempeng tektonik sehingga banyak terbentuk pegunungan yang kaya akan mineral. 3. Daerah perairan di Indonesia kaya sumber makanan bagi berbagai jenis tanaman dan hewan laut, serta mengandung juga berbagai jenis sumber mineral. Kelangkaan dapat diartikan sebagai suatu kondisi ketika kebutuhan manusia sangat tidak terbatas sementara sumber daya untuk memenuhi kebutuhan tersebut sangat terbatas jumlahnya. Kelangkaan berasal dari kata “langka” yang menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia karangan Prof. Dr. J. S. Badudu dan Prof. Sutan M. Zain, berarti jarang, sukar didapat, jarang ditemukan karena sangat sedikit. Jadi, dalam hal ini kelangkaan bisa diartikan sebagai keadaan yang menunjukkan sukar didapatnya sesuatu hal karena jumlahnya yang terbatas. Kelangkaan sumber daya mengakibatkan barang dan jasa yang dihasilkan dari pengolahan sumber daya tersebut juga bersifat langka atau mengatasi kelangkaan tersebut, manusia melakukan berbagai upaya untuk memenuhi kebutuhannya. Upaya-upaya tersebut antara lain memproduksi barang dan jasa guna menambah kuantitas dan kualitas sumber daya yang tersedia. Kelangkaan menurut ilmu ekonomi mengandung dua pengertian, yaitu 1. Langka, karena jumlahnya tidak mencukupi dibandingkan dengan jumlah Langka, karena untuk mendapatkannya dibutuhkan pengorbanan Sumber daya diperlukan untuk dapat memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan manusia. Namun, sumber daya yang tersedia tidak cukup untuk memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan. Jadi, langka bukan berarti sedikit, tetapi adanya ketidakseimbangan antara kebutuhan manusia dan sumber daya yang tersedia. Kelangkaan sumber daya ekonomi merupakan salah satu permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh manusia, selain masalah kebutuhan manusia terhadap sumber daya ekonomi. Oleh karena itu, masalah kelangkaan berhubungan erat dengan kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Sumber daya ekonomi dapat dikelompokkan menjadi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan sumber daya kewirausahaan entrepreneurship.Kelangkaan sumber daya ekonomi merupakan salah satu permasalahan ekonomi yang dihadapi oleh manusia, selain masalah kebutuhan manusia terhadap sumber daya ekonomi. Oleh karena itu, masalah kelangkaan berhubungan erat dengan kebutuhan manusia dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Jenis Kelangkaan Sumber Daya Jenis-jenis kelangkaan yang penting dalam ketersediaan sumber daya ekonomi meliputi kelangkaan sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan sumber daya kewirausahaan entrepreneurship.1. Kelangkaan Sumber Daya Alam Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang terkandung di alam yang terdiri atas sumber daya biotik hewan dan tumbuhan dan sumber daya abiotik tanah, air, udara, iklim, dan barang tambang. Sumber daya alam sudah tersedia di alam, tetapi masih harus digali terlebih dahulu agar dapat dimanfaatkan oleh manusia. Dalam pemanfaatan sumber daya alam yang dilakukan secara terus-menerus dapat mengakibatkan sumber daya alam tersebut akan habis. Pada akhirnya berdampak kelangkaan sumber daya alam tersebut. Contohnya kelangkaan Bahan Bakar Minyak BBM yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia sebagai akibat konsumsi masyarakat yang berlebihan. 2. Kelangkaan Sumber Daya Manusia / Tenaga Kerja Peran manusia dalam kegiatan ekonomi tidak hanya sebagai sumber daya tetapi juga sebagai pengguna hasil-hasil kegiatan ekonomi. Kelangkaan sumber daya manusia terdiri dari kelangkaan secara kuantitas, dalam bentuk jumlahnya secara Asik, dan yang lebih penting kelangkaan secara kualitas, dalam bentuk kemampuan pikirnya. Untuk mengatasi masalah kelangkaan tersebut, manusiadituntut untuk meningkatkan kemampuan pikirnya, yaitu dengan meningkatkan pendidikan, pengetahuan, wawasan, keahlian, dan penguasaan teknologi, sehingga menjadi tenaga yang terdidik dan tenaga yang memiliki keterampilan. Sumber daya tenaga kerja terdiri atas dua macam. Tenaga kerja jasmani dan tenaga kerja rohani. Tenaga kerja bersifat langka karena pengadaannya memerlukan biaya. Tenaga kerja jasmani baru ada bila manusia sudah melakukan makan dan minum, sedangkan makanan dan minuman harus dibeli. Tenaga kerja jasmani dilakukan oleh tukang becak, tukang angkat barang, tukang batu, dan sejenisnya. Tenaga kerja rohani seperti yang dilakukan dokter, akuntan, dan wartawan baru ada bila sudah mengikuti pendidikan khusus. Sedangkan mengikuti pendidikan membutuhkan biaya yang tidak sedikit. Karena langka itulah maka jasa tukang becak, tukang angkat, dokter, pengarang, dan lain-lain harus Kelangkaan Sumber Daya Modal Sumber daya modal adalah segala sumber daya hasil buatan manusia yang dapat digunakan untuk mempermudah terlaksananya proses produksi. Dari sumber daya modal, dapat dihasilkan barang-barang atau produk yang memiliki nilai manfaat tinggi bagi pemenuhan kebutuhan manusia. Sumber daya modal bisa berbentuk uang, dan berbentuk modal fisik, yaitu bahan mentah, gedung, peralatan, dan mesin-mesin. Kelangkaan sumber daya modal bermuara pada kemauan dan kemampuan manusia sendiri. Pada dasarnya setiap orang memiliki kemampuan untuk membentuk sumber daya modal tersebut. Salah satu cara membentuk modal adalah kemauan yang kuat untuk bekerja keras dan berusaha. Selain itu menabung dan mengembangkan daya cipta, manusia dapat membangun kepemilikan modalnya sendiri, baik modal uang maupun modal Kelangkaan Sumber Daya Kewirausahaan Entrepreneurship Sumber daya kewirausahaan entrepreneurship adalah faktor produksi yang tugas dan fungsinya mengelola dan menggabungkan faktor produksi alam, tenaga kerja, dan modal untuk menghasilkan barang dan jasa kebutuhan manusia. Sumber daya kewirausahaan bersifat langka karena tidak semua orang mampu menjadi pengusaha. Untuk menjadi pengusaha orang harus mempunyai modal dan beberapa keahlian, di antaranya keahlian mengelola faktor-faktor produksi manajerial skill, keahlian teknologi technological skill, dan keahlian mengorganisasi berbagai usaha, kepentingan di dalam dan di luar perusahaan organizational skill. Keterbatasan atau kelangkaan sumber-sumber daya produksi sumber daya alam, sumber daya manusia, sumber daya modal, dan sumber daya kewirausahaan menyebabkan sarana atau alat pemuas kebutuhan yang tersedia menjadi terbatas atau langka. Oleh karena itu, dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia harus memer hatikan faktor optimalisasi. Faktor Penyebab Kelangkaan Sumber Daya Ada beberapa faktor yang menyebabkan sumber daya menjadi langka atau terbatas. Sebab-sebab kelangkaan atau keterbatasan sumber daya antara lain1. Perbedaan Letak Geografis Sumber daya alam tersebar tidak merata di muka bumi. Ada daerah yang kaya akan minyak, ada yang tidak. Ada daerah yang subur, ada yang gersang. Perbedaan ini menyebabkan kelangkaan sumber daya alam dan untuk mendapatkan sumber daya yang tidak terdapat di daerahnya diperlukan pengorbanan yang lebih besar. Misalnya, di daerah pegunungan berkapur seperti Kabupaten Gunungkidul, sumber daya air sulit ditemukan. Pada musim kemarau, masyarakat di sana harus membeli air. Berbeda dengan masyarakat di dataran rendah yang bisa mengambil air Cepatnya Pertumbuhan Penduduk Pertumbuhan penduduk yang lebih cepat dibandingkan pertumbuhan produksi barang dan jasa akan menyebabkan kesenjangan antara kebutuhan dibandingkan persediaan barang dan jasa. Gejala ini sudah menjadi perhatian seorang ekonom, Thomas Robert Malthus. Malthus mengamati bahwa manusia berkembang jauh lebih cepat dibandingkan produksi hasil-hasil Kemampuan Produksi Kemampuan faktor produksi dalam proses pembuatan barang dan jasa mempunyai keterbatasan-keterbatasan. Misalnya, tenaga kerja manusia juga membutuhkan masa istirahat, sakit, ataupun cuti. Selain itu, mesin-mesin produksi bekerja dengan kapasitas Perkembangan Teknologi yang Tidak Sama Perkembangan teknologi di berbagai negara tidak sama. Di negara maju, perkembangan teknologi berlangsung cukup cepat. Sedangkan di negara berkembang, perkembangan kebutuhan akan barang dan jasa lebih cepat daripada perkembangan teknologinya. Hal ini karena ada kecenderungan untuk meniru gaya hidup di negara Bencana Alam Pada dasarnya bencana alam merupakan faktor yang berada di luar dugaan manusia. Namun, sering bencana alam terjadi karena ulah manusia yang kurang menjaga keseimbangan alam. Manusia mengambil kekayaan alam tanpa memerhatikan kelestariannya. Bencana alam menyebabkan rusaknya sumber daya yang ada, baik korban jiwa maupun rusaknya berbagai sumber daya ekonomi seperti bangunan usaha dan mesin-mesin produksi sehingga menyebabkan kelangkaan sumber daya. Untuk membangun atau mengadakan kembali sumber daya yang rusak akibat bencana alam, dibutuhkan waktu yang cukup lama dan uang yang tidak sedikit. 6. Terbatasnya Sumber Daya Terbatasnya jumlah sumber daya dan alat pemuas kebutuhan yang disediakan alam. Sebagian dari alat pemuas kebutuhan manusia yang terdapat di alam dapat langsung dipakai, tetapi jumlahnya terbatas memerlukan proses produksi yang memerlukan biaya, teknologi, dan pengetahuan yang memadai. Selain itu ada sumber daya yang tidak dapat diperbaharui nonrenewable, seperti minyak dan gas bumi. 7. Eksploitasi Sumber Daya Alam Adanya eksploitasi manusia terhadap sumber daya alam yang mengakibatkan kerusakan. Misalnya, penebangan hutan yang tidak disertai dengan upaya-upaya perbaikan atau penanaman kembali. Penebangan liar tanpa melakukan penanaman kembali reboisasi akan mengakibatkan kerusakan lingkungan. Pada akhirnya akan timbul kelangkaan hasil hutan dan bencana seperti kekeringan dan longsor. 8. Peningkatan Kebutuhan Manusia Peningkatan kebutuhan manusia yang semakin cepat melebihi kemampuan penyediaan sarana kebutuhan dapat menyebabkan kelangkaan. Misalnya, pemerintah bekerja sama dengan pengusaha, telah berusaha untuk memberikan fasilitas penyediaan rumah murah melalui Kredit Pemilikan Rumah KPR. Oleh karena pertambahan penduduk sangat cepat, tidak semua ke butuhan penduduk dalam memiliki rumah dapat terlayani Kelangkaan merupakan kondisi yang tidak dapat dieliminasi, tetapi dapat diminimalisasi dengan cara1. Optimalisasi pengelolaan sumber daya alam yang tetap memperhatikan kualitas Meningkatkan penguasaan ilmu pengetahuan dan Meningkatkan pemupukkan Menekan laju pertumbuhan penduduk. Dua hal yang harus diperhatikan dalam memenuhi kebutuhan, bahwa manusia memiliki kebutuhan yang tidak terbatas dan bahwa barang pemenuhan kebutuhan terbatas jumlahnya. Di situlah terjadi sebuah keadaan yang dinamakan kelangkaan. Dari dua kenyataan tersebut, timbullah inti persoalan ekonomi, yaitu bagaimana dengan sumber-sumber yang jumlahnya terbatas itu, kebutuhan manusia yang beraneka ragam dapat terpenuhi. Semoga bermanfaat 😊😊😊 Adabanyak pemuda Indonesia masa kini yang berprestasi di bidang pendidikan, olahraga, teknologi, perdamaian, dan lain-lain. Contohnya, Maria Kristin yang mengharumkan nama bangsa lewat olahraga bulu tangkis. Jadi, kenyataan pemuda saat ini adalah ada yang melupakan semangat Sumpah Pemuda. Ada pula yang tetap memegang teguh.
Eksploitasi terhadap sumberdaya alam Indonesia yang dilakukan sejak tahun 1960an telah membawa manfaat ekonomi bagi negara, namun demikian sering terjadi pula kerugian bagi lingkungan hidup serta masyarakat di daerah-daerah yang kaya akan sumberdaya alam, sedemikian rupa sehingga memicu ketegangan sosial dan menimbulkan konflik yang disertai kekerasan. Indonesia perlu mengelola sumberdaya alamnya dengan cara yang lebih adil dan berkelanjutan daripada yang telah dilakukannya di masa lalu. Eksploitasi terhadap sumberdaya seperti kayu dan mineral di masa pemerintahan Presiden Soeharto didominasi oleh perusahaan-perusahaan yang ada hubungannya dengan para elit pada rezim yang berkuasa. Meski secara formal merupakan hal yang sah, eksploitasi tersebut kerap tidak menghiraukan masyarakat serta lingkungan setempat, dan marak dengan korupsi kedinasan dan pelanggaran-pelanggaran. Hal tersebut menciptakan kondisi bagi konflik yang disertai kekerasan pada daerah berhutan seperti Kalimantan Tengah, dimana benturan budaya antara pribumi Dayak dan pendatang asal Madura berakibat pada pembantaian terhadap lebih 500 orang Madura di awal tahun 2001 dan terusirnya ribuan lagi dari daerah tersebut. Saat ini Indonesia memiliki peluang untuk mengembangkan model bagi pengelolaan sumberdaya yang tidak begitu merusak, akan tetapi malah terjadi peningkatan pesat pengambilan sumberdaya secara tidak sah di seluruh negara sejak tahun 1998. Bentuk-bentuk pengambilan ilegal tersebut adalah penebangan kayu, penambangan dan penangkapan ikan, dan itu dilakukan oleh perusahaan-perusahaan yang melanggar hukum ataupun pelaku “liar” yang bertindak diluar hukum. Kesemuanya itu berakibat pada pengrusakan terhadap lingkungan, pengurangan pendapatan negara, serta timbulnya kemungkinan letusan konflik di masa depan. Dalam kasus penebangan kayu, permasalahannya telah menjadi sedemikian berat sehingga sebagian besar dari hutan Indonesia terancam musnah dalam kurun waktu satu dasawarsa. Industri sumberdaya ilegal dilindungi dan kadangkala bahkan diatur oleh oknum-oknum korup diantara pegawai negeri sipil, aparat keamanan dan legislatif. Industri tersebut memanfaatkan kegundahan rakyat miskin yang merasa tidak ikut menikmati sumberdaya alam di masa Soeharto, akan tetapi sebagaimana pada eksploitasi yang dilegalisir di masa lalu, pada umumnya yang diuntungkan adalah sebuah kalangan kecil pengusaha dan pejabat korup. Oleh karenanya hal tersebut bukan saja merupakan permasalahan lingkungan hidup, melainkan juga menyangkut kepemerintahan dan tindak kejahatan. Pemerintah Indonesia telah membuat komitmen untuk menanggulangi pengambilan sumberdaya alam secara ilegal, dan dalam kasus penebangan hutan kini mengalami tekanan yang besar dari donor dan pemberi pinjaman di luar negeri serta gerakan LSM di dalam negeri. Meski pejabat yang berwawasan reformasi belum lama berselang telah mencapai berbagai kemajuan, pemerintah masih harus menempuh jalan yang panjang untuk dapat membalikkan arus. Hal tersebut dikarenakan skala geografis dan tingkat kerumitan dari pengambilan sumberdaya yang ilegal, serta terlibatnya banyak pejabat dan anggota legislatif dalam kegiatan ilegal tersebut. Permasalahannya bersumber pada lembaga negara yang bertanggungjawab untuk mengatur pemanfaatan sumberdaya. Kendati ada beberapa pejabat yang jujur dan berdedikasi, korupsi dan rasa apatis masih marak. Dalam hal keterlibatan aparat keamanan, keuntungan yang diraih dari perdagangan ilegal sumberdaya merupakan sumber utama dana operasional serta harta pribadi. Koordinasi diantara lembaga negara masih lebih sering buruk, dan keadaan ini telah diperumit oleh desentralisasi otonomi daerah, yang mendorong beberapa pejabat daerah untuk menentang pengarahan dari Jakarta dan bahkan mengenakan pajak atas penebangan dan penambangan liar. Namun demikian masih terlihat secercah harapan, terutama pada sikap lebih tegas yang diunjukkan Departemen Kehutanan terhadap penebang liar. LSM-LSM dan donor luar negeri telah melakukan kerjasama dengan masyarakat setempat pada beberapa daerah yang kaya sumberdaya, untuk membujuk mereka agar tidak ikut serta dalam pengambilan yang tidak berkesinambungan, dengan hasil yang beragam. Beberapa anggota masyarakat menunjukkan kekhawatiran terhadap dampak negatif yang ditimbulkan oleh pengambilan semacam itu. Akan tetapi daya tarik untuk meraih keuntungan dengan cepat terasa sangat kuat dan secara meluas belum ada kesadaran mengenai dampak-dampak jangka panjang, yang antara lain bisa menimbulkan erosi dan banjir yang membahayakan dalam hal penebangan, pencemaran yang bersumber dari penambangan, serta menciutnya persediaan ikan akibat penangkapan ikan. Pengaruh pejabat yang korup serta kepentingan pengusaha pada tingkat lokal juga sangat kuat, yang berarti perubahan sikap tidak mungkin terjadi dalam waktu yang singkat. Selain menindak para pelaku dan pendukung pengambilan sumberdaya secara ilegal, pemerintah juga perlu memperhatikan sumber-sumber permintaan untuk sumberdaya tersebut. Dalam hal perkayuan, ini berarti menciutkan industri perkayuan Indonesia, yang tumbuh sedemikian besar pada peningkatan ekonomi yang terjadi di pertengahan 1990an sehingga pada saat ini industri itu mengkonsumsi kayu dalam jumlah yang lebih besar dari yang dapat dipasok hutan-hutan di Indonesia dengan cara yang sah. Lembaga negara yang melihat industri tersebut semata-mata dari sudut pandang komersial, terutama Departmen Perdagangan dan Industri serta BPPN, perlu menyadari bahwa apabila industri tersebut tidak diperkecil skalanya, maka sumber bahan baku yang tersisa yang berasal dari dalam negeri bisa habis, dengan akibat yang dahsyat. Negara-negara yang mengkonsumsi sumberdaya asal Indonesia juga sangat bertanggungjawab untuk mencegah impor komoditas yang pengambilannya dilakukan secara ilegal. Dalam kasus perkayuan, pemerintah-pemerintah dan perusahaan di Asia Tenggara, Asia Timur Laut dan dunia Barat kesemuanya harus bertindak lebih banyak lagi. Khususnya Malaysia perlu mematahkan perdagangan lintas perbatasan menyangkut kayu asal Indonesia yang di tebang secara ilegal. Hanya segelintir pakar percaya bahwa mengakhiri pengambilan sumberdaya secara ilegal di Indonesia merupakan tugas yang mudah ataupun singkat, mengingat skala permasalahannya serta berakarnya secara mendalam pada korupsi kedinasan dan politik patronase. Banyak yang pesimis bahwa arus dapat dibalikkan sebelum terjadi kerusakan yang tidak dapat diperbaiki terhadap hutan-hutan. Namun demikian, upaya pejabat yang reformis serta LSM-LSM setempat memberi isyarat bahwa apabila pemerintah mampu menjalankan kemauan politik yang diperlukan untuk menanggulangi kepentingan terselubung dalam jajarannya, maka sesungguhnya belum terlambat untuk paling tidak mengendalikan skala kerusakan dan melindungi sebagian aset alam di Indonesia bagi generasi mendatang. Jakarta/Brussels, 20 Desember 2001 The exploitation of Indonesia’s natural resources since the 1960s has brought economic benefits to the country, but it has often damaged the natural environment and society in resource-rich areas in a way that fosters social tensions and has led to violent conflict. Indonesia needs to manage its natural resources in a way that is fairer and more sustainable than in the past. The exploitation of resources like timber and minerals during the rule of President Soeharto was dominated by companies connected to the regime elite. Though formally legal, this exploitation was often heedless of local communities and the environment and permeated by official corruption and rule-breaking. It created the conditions for violent conflict in forested areas like Central Kalimantan, where a culture clash between indigenous Dayaks and ethnic Madurese immigrants led to a massacre of more than 500 hundred Madurese early in 2001 and the expulsion of thousands more from the region. Indonesia now has an opportunity to develop a less damaging model of resource management, but instead there has been a rapid upsurge of illegal resource extraction across the country since 1998. The major forms of illegal extraction are logging, mining and fishing, and they can be organised by licensed companies who violate the law or by “wild” operators who act outside it. All of these damage the environment, deprive the state of revenues and raise the spectre of future conflict. In the case of logging, the problem is so serious that it threatens to destroy some of Indonesia’s largest forests within a decade. The illegal resource industry is protected and sometimes even organised by corrupt elements in the civil service, security forces and legislature. It plays on the resentments of poor people who feel they were excluded from natural wealth during the Soeharto era but, like the legalised exploitation of the past, it mainly benefits a small circle of businesspeople and corrupt officials. It is thus a problem of governance and crime, not only of the environment. The Indonesian government has committed itself to dealing with illegal resource extraction and, in the case of logging, has come under heavy pressure to do so from foreign donors and lenders and from the NGO movement at home. Although reformist officials have made some gains recently, the government is still a very long way from turning the tide. This is because of the vast geographical scale and complexity of illegal resource extraction, and because of the complicity in illegal activities of many officials and legislators. The problems begin with the state agencies responsible for regulating resource use. Although they contain some honest and dedicated officials, corruption and apathy run deep. In the case of the security forces, the profits drawn from the illegal resource trade are a major source of operational funds as well as personal wealth. Coordination between state agencies is often poor and a further level of complexity has been added by decentralisation, which has encouraged some local officials to resist directives from Jakarta and even to impose taxes on illegal logging and mining. There are scattered signs of hope, however, notably in the firmer line being taken by the Department of Forestry against illegal loggers. NGOs and foreign donors have worked with local communities in some resource-rich areas, trying with mixed results to persuade them not to take part in unsustainable extraction. Some community members are worried about the negative impacts of such extraction. However, the lure of quick profits is powerful and there is a widespread lack of awareness about long-term impacts, which can include erosion and deadly floods in the case of logging, pollution from mining and loss of stocks with fishing. The influence of corrupt officials and business interests at the local level is also strong, meaning that change in attitudes is unlikely to be rapid. As well as tackling the perpetrators and backers of illegal resource extraction, the government needs to address the sources of demand. In the case of timber this means downsizing the Indonesian wood products industry, which grew so big in the economic boom of the mid-1990s that it now consumes far more than can be legally supplied by Indonesia’s forests. State agencies which view this industry from a purely commercial perspective, notably the Department of Trade and Industry and the Indonesian Bank Restructuring Agency, need to appreciate that if it is not scaled back, it could deplete its remaining sources of domestic raw materials, with ruinous results. Countries which consume Indonesian resources also have a major responsibility to deter the import of illegally-extracted commodities. In the case of timber, governments and companies in Southeast Asia, Northeast Asia and the West all need to take more action. Malaysia, in particular, should crack down on massive cross-border trade in illegally-felled Indonesian timber. Few experts believe that ending illegal resource extraction in Indonesia will be an easy or a rapid task given the scale of the problem and its deep roots in official corruption and patronage politics. There is much pessimism that the tide can be turned on logging before irreparable damage is done to the forests. However, the efforts of reformist officials and local NGOs suggest that, if the government can find the necessary political will to overcome vested interests within its ranks, it is not too late at least to curb the scale of the damage and preserve some of Indonesia’s natural assets for future generations. Jakarta/Brussels, 20 December 2001
ARTIKElbahasa Indonesia 1 .. Artikel Sumber Daya Alam dan Lingkungan Hidup (Bagai Dua Sisi Mata Uang) "Dalam pengelolaan sumber daya alam ini benang merahnya yang utama adalah mencegah timbulnya pengaruh negatif terhadap lingkungan dan mengusahakan kelestarian sumber daya alam agar bisa digunakan terus menerus untuk generasi-generasi di masa depan."Membahas tentang sumber daya alam, dapat

Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kerusakan sumber daya alam adalah sebagai berikut. Eksploitasi dan konsumsi sumber daya alam yang berlebihan Tingginya pemanfaatan sumber daya alam yang tidak terbarukan Proses pengolahan sumber daya alam yang tidak sesuai dengan prinsip pembangunan berkelanjutan Meningkatnya suhu bumi dapat menyebabkan kerusakan pada sumber daya alam hayati Jumlah penduduk yang semakin meningkat, sehingga permintaan sumber daya alam semakin tinggi Jadi, jawaban yang tepat adalah B.

BABII FAKTOR-FAKTOR PENYEBAB TERJADINYA SENGKETA MEREK DAGANG TERDAFTAR DI INDONESIA A. Pelanggaran Merek Pelanggaran merek seringkali dilakukan karena terkait dengan fungsi merek sebagai identitas suatu produk atau jasa yang telah mempunyai reputasi dan juga terkait dengan fungsi merek sebagai jaminan terhadap kualitas barang.103 Hal ini dikarenakan dalam merek melekat keuntungan ekonomis
- Perubahan potensi sumber daya alam bisa menyebabkan dampak positif dan negatif dalam kehidupan manusia. Lantas, apa saja penyebab perubahan potensi sumber daya alam di Indonesia?Sebelum jauh membahas perubahannya, sumber daya alam SDA dianggap sebagai semua hal yang ada di sekitar manusia dan dapat dimanfaatkan untuk kehidupan Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia Lebih ringkas dari penjelasan sebelumnya, KBBI Daring mendefinisikan SDA sebagai potensi alam yang bisa dikembangkan oleh manusia untuk proses produksi ada ikan yang ditangkap dari laut dan dijadikan sebagai masakan berupa ikan goreng atau ikan kemasan kasus tersebut, potensi sumber daya alam dimanfaatkan oleh manusia untuk kebutuhan hidup berupa mengenai SDA di Indonesia, dalam Pasal 33 Ayat 3 UUD 1945 tertulis bahwa “bumi, air, dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya dikuasai oleh negara dan digunakan untuk kemakmuran rakyat”.Dengan begitu, jelas sudah bahwa SDA yang ada di daratan dan laut negara dapat dipotensikan untuk kehidupan masyarakat Penyebab Perubahan Potensi Sumber Daya Alam di Indonesia Kendati pada mulanya melimpah, SDA ini ternyata bisa saja mengalami perubahan secara kualitas maupun kuantitas. Perubahan ini bisa mencakup hal positif maupun misalnya dampak positif, manusia menciptakan alat tertentu untuk menambah jumlah SDA melalui teknologi-teknologi itu, ada juga perubahan yang sifatnya negatif. Hal ini biasanya disebabkan oleh adanya kerusakan lingkungan hidup. Sementara itu, lingkungan tersebut mengandung SDA yang dimanfaatkan oleh Lingkungan Hidup Kota Semarang melalui laman resminya menyebut ada dua faktor utama yang menyebabkan kerusakan lingkungan, yakni alam dan ini faktor yang menyebabkan perubahan potensi sumber daya alam di Faktor AlamFaktor alam ini biasanya terjadi akibat adanya bencana alam, misalnya banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan salah satunya banjir, terdapat berbagai macam pepohonan yang tergenang dan hanyut. Lalu, beberapa SDA lain yang berupa fauna juga berpotensi hilang karena terbawa sebab itu, menurunnya kuantitas SDA bisa terjadi karena bencana ini. Untuk contoh faktor alam kedua, gunung meletus. Area di sekitar gunung akan mengalami kekeringan selama erupsi ini menimbulkan pemanfaatan potensi SDA yang ada di lingkungan gunung api menurun Faktor ManusiaSelain faktor alam yang terjadi secara alami, perubahan potensi sumber daya alam di Indonesia juga bisa terjadi akibat ulah para contoh konkret faktor manusia ini bisa dilihat dari kasus pembuangan sampah dan limbah secara sembarangan, hingga penebangan hutan dan limbah berpotensi merusak ekosistem yang ada di sungai, danau, atau tanah. Dengan begitu, SDA yang ada di sekitaran bentang alam tersebut berpotensi menurun hanya sekadar kualitas, tapi kuantitas juga bisa menurun akibat ekosistemnya tak stabil. Sebut misalnya penebangan hutan yang dilakukan secara pepohonan di hutan akan menurun jumlahnya. Bahkan, jika tidak dicegah bisa menimbulkan juga Pengertian Sumber Daya Udara dan Bagaimana Cara Memanfaatkannya? Pengelolaan Sumber Daya Alam SDA Berwawasan Lingkungan & Contohnya - Pendidikan Kontributor Yuda PrinadaPenulis Yuda PrinadaEditor Dhita Koesno
\n\n\nfaktor yang menyebabkan kebendaan sumber daya alam di indonesia adalah
2) Sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui. Ialah sumber daya alam yang apabila digunakan secara terus-menerus akan habis. Biasanya sumber daya alam yang tidak dapat diperbarui berasal dari barang tambang (minyak bumi dan batu bara) dan bahan galian (emas, perak, timah, besi, nikel dan lain-lain). a.) Batu Bara.
Faktor yg menimbulkan kebendaan sumber daya alam di Indonesia yaknifaktor yg menjadikan kebendaan sumber daya alam di indonesia yaitufaktor yg mengakibatkan kebendaan sumber daya alam di indonesia ialahaspek yg menyebabkan kebendaan sumber daya alam di indonesia yaitufaktor yg menimbulkan kebendaan sumber daya alam di indonesia yakni Faktor yg menimbulkan kebendaan sumber daya alam di Indonesia yakni Jawaban Faktor yg menyebabkan kebedaan sumber daya alam di Indonesia adalah -Faktor geologis -Faktor iklim -Faktor Geomorfologi faktor yg menjadikan kebendaan sumber daya alam di indonesia yaitu mungkin kebendaan disini hanya sekedar kekayaan yg tak terolah dgn baik,seolah terbengkalai…pastinya SDM yg belum baik maaf sekali bila salah faktor yg mengakibatkan kebendaan sumber daya alam di indonesia ialah Letak indonesia yg strategis Jawaban Indonesia menjadi kaya tanah air yg subur Penjelasan Maaf kalo salah faktor yg menimbulkan kebendaan sumber daya alam di indonesia yakni Faktor alam aspek yg cuma dibuat oleh ilahi Ketersediaansumber daya alam yang melimpah di Indonesia dapat dimanfaatkan sebagai sumber energi. Salah satu sumber daya alam yang melimpah yaitu kotoran sapi yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku pembuatan biogas. Biogas adalah salah satu sumber energi terbarukan yang ramah lingkungan yang di
\n faktor yang menyebabkan kebendaan sumber daya alam di indonesia adalah
Dilansirdari Encyclopedia Britannica, jepang kaya akan sumber daya ikan. ikan merupakan sumber protein bagi penduduk negara jepang. perikanan merupakan salah satu sektor yang mendukung perekonomian jepang menjadi negara maju. faktor alam yang menyebabkan jepang kaya akan sumber daya perikanan adalah pertemuan arus dingin oyasyiwo dan arus
133k members in the Ajar_Malaysia community. Selamat datang ke Subreddit AJAR! Di sini kita kumpulkan komuniti peminat - peminat AJAR dan PEAH
SU90z.
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/126
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/378
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/497
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/240
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/197
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/232
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/107
  • qy4ds8s6k3.pages.dev/216
  • faktor yang menyebabkan kebendaan sumber daya alam di indonesia adalah